Sabtu, 28 April 2018

Diam

Aku berharap aku tidak menulis ini, dan membiarkan orang lain mengetahui apapun yang hendak kukatakan nanti. Aku berharap aku tidak pernah memperlihatkan raut yang terlalu gembira ataupun terlarut dalam euforia suka, ketika yang ku inginkan di akhir adalah menjadi sesuatu yang tak terbaca. Aku berharap, aku memiliki kekuatan untuk membagi ini dengan Ari, tanpa harus membaginya terlebih dahulu dengan dunia. Tapi rupanya sempurna adalah klimaks yang begitu ku idam-idamkan dari hubunganku dengannya. Aku tak ingin membuat Ari berfikir bahwa aku keliru dan menambah daftar kekurangan yang tak kan pernah mau ia ucapkan. Dan kenyataan di depan mata perlahan menghisap kebahagiaanku. Harapan-harapan yang tak pernah lolos dari kungkungan lidah, keinginan yang tak pernah begitu mulus tersampaikan. Dan aku pernah berharap menjadi seorang tunawicara agar tak melukai siapapun dengan perkataanku. Aku berharap aku tak memiliki keinginan untuk menjadi sempurna. Aku berharap aku bisa menggantikan peran siapapun yang telah berhasil mengambil hati mereka, manusia-manusia yang tengah ku bicarakan saat ini. Aku berharap aku tak pernah begitu terlihat bahagia sebelumnya, hanya karena saat ini aku mengerti, satu-satunya cara untuk memutus lidah tajamku adalah dengan menjadi diam. Dan mereka mulai merasa tak nyaman dengan situasi baru ini.