Minggu, 06 November 2022

Membuat Cerita

Beberapa hari kebelakang aku seperti melihat Hara yang lain. Dia sering diam dan selalu berkutat dengan gambar-gambarnya saja. Dia mulai sering membicarakan dirimu, entah kepada Alfa atau sekedar memutar koleksi ingatannya ketika bersamamu kepadaku. Dia bahkan beberapa kali melukis tentang bagaimana dirimu sekarang. Semuanya terlalu terlihat jelas seperti mendapati pantulan diri yang terjebak di dalam cermin. Dia merindukanmu, sangat merindukanmu, lebih dari sekedar itu, dia membutuhkanmu lebih dari pada aku. Dulu aku pernah berkata bahwa ada dua wanita yang terluka dalam oleh kepergianmu, yakni aku dan ibumu. Tapi aku melupakan satu perempuan lain lagi, dan dia adalah Hara. Untuk sesaat aku lupa siapa dirimu untuknya dan dimatanya. Kamu adalah cintanya, mimpinya, tiangnya dan 
payungnya. Dan aku tidak bisa memahami perasaan ketika harus kehilangan semua itu dalam satu waktu. Aku selama ini terlalu egois karena hanya merasa diri sendiri paling menderita. Dan yang paling genting dari semuanya adalah ketika aku tidak tahu cara untuk mengobati kehilangannya. Maafkan ibumu nak, suatu hari nanti kau akan melihat ini dan memahami betapa jauh-jauh waktu berlari dengan membawa beban dipundak ibumu yang berlipat karena ada tambahan rasa bersalah pada anak-anaknya. Aku selalu merasa harus menjadi dan memberikan yang terbaik meski yang bisa kulakukan hanyalah mencoba dan mencoba. Aku masih ingat betul bagaimana selama ini telah memakai topeng manusia lain. Mengajari Hara tentang rasa bersyukur untuk setiap detail hidup ini, aku memberinya contoh tentang keadaan buruk di luar sana. Beberapa tidak bisa makan setiap hari, beberapa tidak memiliki orangtua sama sekali, beberapa tidak memiliki tempat untuk berteduh, dan yang terkejam aku menakutinya dengan berkata diluar sana ada yang tidak pernah diberi pelukan. Aku bekerja sekeras itu untuk membuatnya merasakan surga ditengah lunglainya kaki mengarungi gunung pasir. Dan ada bagian diriku yang merasa bahwa semua ajaran itu harusnya diteriakkan untuk telingaku sendiri, bukan untuk Hara. Kelemahanku untuk berdamai dengan duka ini menjadi kemunduran bagi Hara untuk bisa kembali bangkit segera. Dan dia layak mendapatkan pengobatan segera. Tapi aku bisa apa? Yang bisa kuberikan hanyalah pelukan dan waktu, sisanya adalah semangkuk masakan dengan bumbu cinta. Dan sosokmu, dimana aku harus mencarinya? Dengan apa aku harus menggantinya? Atau bagian mana yang harus kuambil dari dirimu untuk kujadikan contoh peran? Dirimu tidak sempurna, tapi peranmu iya. Ini sedikit aneh, kepergianmu justru hanya menamparku pada satu hal, yakni pengakuan betapa kurang ajarnya aku dan betapa baiknya dirimu. Kudapati itu ketika dalam perjalanan menuju paragraf ini. Mataku sejauh ini hanya bisa melihat rekaman kebaikanmu dan hanya itu, 

Dear Ari, jika suatu masa di waktu tunggumu itu ada kekuatan untuk membaca semua ini, maukah kau melihatnya? Rasakan betapa hancurnya kami disini, semua keadaan berjalan kembali normal bagi mata orang diluar sana, akupun mengakui bahwa kehidupan ini sudah kembali baik-baik saja, tapi rindu serta kebutuhan akan hadirnya sosokmu enggan sekali kuusir pergi. Dia bercokol disana, mendekapku ketika suasana sedang sendu, hanya untuk membuatku tergugu dan menjilat asinnya air mata. 
Dear Ari, jika entah dengan cara apa dirimu bisa mengetahui semua ini, lihatlah betapa aku telaten dalam memupuk cerita, agar kelak ketika kita bisa kembali bertemu tak ada waktu kosong di antara kita, aku akan menjejalimu dengan banyak sekali protes dan tabungan cerita, aku akan melihat dirimu yang tersenyum karena melihatku merengek dan merajuk ketika melakukan semuanya. Aku akan bekerja begitu keras untuk membuatmu mengusap kepalaku sambil berkata bahwa dirimu begitu bangga dan tidak salah karena menitipkan anak-anak pada sosok sepertiku. Aku akan berusaha keras lagi agar bisa melihatmu mengusap air mataku ketika tengah menceritakan ulang betapa kerasnya hidup setelah kepergianmu. Bukankah esok kita kembali bertemu? Tolong berbisiklah iya, karena jujur saja hanya harapan itu satu-satunya pelita yang menerangi jalanku sekarang.
Kepada Alfa dan Hara, tolong genggam erat tangan ibu. Jangan biarkan aku beranjak dan lari dari kesadaran ini. Tumbuhlah lebih bahagia dan selalu bahagia. Aku akan berusaha menjadi sosok yang lebih baik, aku ingin mengisi kekosongan itu dengan tepat, kepingan puzzle yang dibawa pergi Ari, aku akan berusaha menempatinya juga. Tolong tunggu ibumu ini berproses, tidak mudah untuk begitu saja mengurai ikatan dengan duka, diperlukan doa, waktu, atensi dan juga lebih dari sekedar tenaga. Tapi aku akan berusaha. Jangan mengendurkan pelukan kalian, atau aku akan terjatuh dan terbang. Jangan mengeluhkan keadaan kalian, atau aku akan runtuh dari ujung karang. Karena senyum kalian lebih berharga dari apapun isi dunia ini. Dan ya, yang kumaksud adalah lebih dari apapun. Apapun.