Sabtu, 12 Januari 2013

1234567890

Waktu membuka kisah, sebentuk cerita tanpa monolog yang tak memiliki kata akhir.
dan aku membenci ketika kata 'selamanya' harus terucap diantara waktu berharga yang pernah tertuang indah dalam kanvas hitam bergaris pinggir putih semu memburam.
menulis ini, seperti sebuah kata perpisahan yang terjabarkan panjang. Mengartikan ketakutan ini dalam sebuah paragraf seperti menuangkan setetes tinta hitam dipucuk rumah penuh damai sang embun yang bergelantung menyebar indah ditiap ujung ufuk pagi. Sedikit memberikan efek gelap dan seperti enggan untuk menyadari bahwa ini hitam didalam hijau, atau setidaknya ini benar meski dalam persembunyian.

Dan ini seperti sebuah penantian akan apa yang selama ini tak pernah mau ku katakan ketika mulai membuka sedikit pintu sebuah dunia kita.
Inspirasi ini...tersalur lurus ketika sebuah malam datang dan menyadarkan bahwa aku tengah kelaparan. Aku tidak tengah bercanda.
Aku tidak tengah bercanda karena sepertinya aku tengah dalam keadaan mematikan sisi humorku. Aku tidak memiliki selera tertawa yang baik. dan terkadang, aku hanya melakukannya karena agar mereka melihat bahwa aku mengerti apa yang mereka katakan itu lucu. agar sepenuhnya aku tidak terlihat aku berbeda meski pada kenyataannya aku tidak benar-benar tau seperti apa jalan tujuan pembicaraan mereka.

Apa fandommu? siapa biasmu?
Selamanya aku ingin berkata aku adalah seseorang yang menjadi bagian dari sebuah fandom. dan bukan malah berkata 'pernah menjadi bagian dari sebuah fandom'
Selamanya aku ingin bisa mengagumi dan terus tergila-gila pada sosok bernama bias. Selamanya aku ingin bisa mengeluarkan sisi gilaku tentang Korea.
Tapi nyatanya, waktu adalah seperti anak nakal yang tak mau berhenti sedetik saja agar tak terus menyeretku pada titik sang kebosanan.
waktu seperti udara pagi yang dengan sangat menyebalkannya
memaksaku membuka dan membiarkan iris kecilku kembali melihat betapa dinding-dinding berselongsong dingin itu terlalu banyak dihinggapi rumah sang laba sekarang.
Dan waktu juga...seperti kutipan note tak terpakai dalam selembar skema kerja sang Maestro hidup. Itu mungkin terlihat seperti note tak berguna. tapi kenapa jemari sempurna sang Maestro tetap saja menciptakannya dan membiarkannya bertengger diam disela banyaknya irama?
karena sang Maestro itu tau, kita tidak sepenuhnya akan memahami apa yang tak terlihat tanpa siapapun memberikan sedikit saja intro-intro senyap diujung pembukaan sebuah konser ciamik.

Karena waktu adalah sebuah penciptaan berharga yang tersempil dalam sebuah warna..dalam banyak warna, dan mungkin juga dalam sebuah bingkai yang tercecap hampa.

Tolong berhenti mendengar suara-suara meragukan dan penuh ketika membaca ini. sisakan sedikit saja waktu basi yang biasa kalian geletakkan dalam sudut tak ber-peri di ujung dan kolong nafas tersengal.
Kalian selalunya tau, aku tidak pernah bisa menciptakan paragraf tanpa membuat kalian berpikir terlebih dahulu untuk akhirnya memahami seperti apa jalan yang tengah aku coba jelaskan ini.

dan kisah ini, dimulai seperti sebuah buku usang yang tergenggam dalam himpitan sang koridor perasaan.

Aku dan kamu, pernah membuka ini bersama dalam judul yang berbeda dan ditiap baris yang tak terduga.
Aku dan kamu. dalam sebuah pemandangan waktu yang akhirnya terselamatkan dalam pinggiran-pinggiran kerak penghangusan.
dan akhirnya Aku dan hanya aku yang berdiri dalam tahap penyelamatan untuk sebuah penghimpunan instan si pemeluk setan.
dan akhirnya hanyalah kamu yang merobek sendiri jaring lembut tak bersayap sebuah
rumah peri bertelanjangkan asap hitam.

Aku dan kamu, dan sebuah penciptaan garis yang tak dikukuhkan pencipta ada namun kita memaksanya ini terasa.
Aku dan kamu, dan tanpa mereka yang justru tengah dalam jalan menuju perdebatan akbar secuil kebosanan.

Dan ketika kisah demi kisah kita terus terukir laju meski tanpa dalam ukiran bertahtakan keindahan. dan ketika sebuah cerita terbentuk rapi namun tak juga punyai daftar petunjuk untuk membiarkan makhluk-makhluk bodoh lain mengerti isi buku ini. dan ketika semuanya terpahami bahwa kita meluangkan banyak waktu tanpa bisa menghentikan untuk tidak mencapai kata berakhir dan berimbas sempurna pada penutupan kembali sang cerita , membiarkannya kembali termakan pada sebuah kenangan.
Dan ketika semua ini terpahami bahwa tetap ada bunyi lapar dari sebentuk perut tak bertuan.


:=:=:=:=:=:=:=:=:


Annyeonghaseyooo untuk kalian yang berharga..
sebuah kebosanan tersendiri mungkin ketika harus kembali dan kembali menemukan catatan-catatan panjangku yang seperti tak berujung dan selalunya membingungkan ini rite?
maka aku sekarang ingin dengan keegoisanku memaksa kalian menelan ini kembali. telan dan terus masukkan ini dalam kerongkongan disela sibuknya pendar-pendar urat pembawa cairan merah yang perlahan menghitam.
Terlalu lama aku membiarkan banyak spasi kosong menjadi penyela sebuah buku berjudulkan 'KITA'.
terlalu lama aku membiarkan keheningan menunjuk pasrah pada jarum jam yang terus berdetak ketika sang penyambung daya telah terjatuh beberapa menit lalu karena sebuah gebrakan alam.

apa kabarnya dengan kalian? hehee
terasa janggal ketika aku bertanya pertanyaan se klasik itu menurutku.
karena memang selama ini aku tak pernah ingin tau dimana letak dan ruang keadaan kalian.
selama ini, yang terus ku perhatikan hanyalah bagaimana agar aturan nafasku terasa menyenangkan dan mempunyai titik warna yang bersumber.
Aku menyapa kalian ketika aku tengah dalam masa kehabisan apa yang ingin kukatakan.
Aku menyapa kalian ketika sebuah embrio bacaan kurasa hampir memenuhi target sebuah peminimalan untuk diedarkan.
dan aku tetap menyapa kalian sebelum ini dan sebelum apapun yang melandasi ini mungkin telah merundingkan diri pada kata sang akhir.

kapan aku mengenal kalian? yang aku tau, aku tetap berdiri dan mencoba untuk tegap disini agar tak ada lagi tiang-tiang tua yang terjatuh karena penyanggaan yang harus dibawanya.
tolong jangan ludahi skrip tema tak beralur ini, tolong jangan robek bundaran hitam pencetak kebebasan tak ber-zombie ini.
meski aku tak lagi ingat seperti apa tujuan kali pertama ketika membuka kisah ini.
meski aku tak lagi ingat untuk apa aku tetap harus mempertahankan ikatan persaudaraan ini
Meski aku juga tak tau akan sampai kapan berdiri disini sebagai bagian sebuah fandom...satu-satunya alasan kenapa aku dan kalian sekarang saling mengenal.
Bahkan meski demam korea telah kembali dingin dan menciptakan kebekuan semata. Kita tetaplah kita yang tak seharusnya berakhir begitu saja..
Mereka yang ku kagumi mungkin hanyalah sebatas dan tetap berada dibalik kaca sang maya. tapi kalian hidup...dan kalian nyata..sebagai bagian tak terpatenkan bermarga dan kita keluarga.

Jika awalnya aku harus takut ketika masa jabatku sebagai bagian dari lautan fandom berharga itu berakhir, jika mereka yang selama ini ku jadikan tonggak penghilang kesenyapan harus mati ditelan sang waktu,
akankah hidupku juga berakhir? akankah semua cerita aku tutup sampai disini?
tidak, tidak karena aku mempunyai kalian..
tidak karena kalian juga merupakan bagian dari puzzle sebuah tema di salah satu paragraf panjangku.

Aku salah satu dari pengurus disebuah akun twitter tentang dunia fangirl. FanGirlThingIna jika kalian ingin menemuiku disana. (promosi :D )
dan disetiap apa yang aku suntikkan untuk para followerku adalah bahwa berintikan, Korea memang berharga- tapi teman ketika mengenal Korea lah yang membuat semuanya semakin berharga. karena mereka nyata..mereka ada ketika Dunia diujung sana tak juga tersentuh. Pernyataan naif kah..?


Satu yang tak bisa aku untuk berhenti mengaguminya adalah karena pada akhirnya aku dan kamu PERNAH menciptakan satu dunia, aku dan kamu PERNAH menciptakan satu warna, aku dan kamu juga PERNAH menciptakan sebuah tema dalam monolog panjang tanpa judul..

Aku sekarang seperti tengah ber-flashback dengan apa yang ku sebut itu penerbangan margin berkuadrat rasa.
Hanya sekedar untuk mengingatkan bahwa tak ada alasan untuk bisa membiarkan SELAMANYA untuk terus berkacak pinggang diatas kaca beralaskan sepatu usang.
Semua apa yang aku khawatirkan ketika pertama menyapa kalian hingga semua hampir mencapai pada titik akhir
Semua apa yang aku khawatirkan ketika aku tak lagi memiliki rasa pada sebentuk grup disana dan ternyata semua berjalan dengan sangat cepat.
Semua berjalan beriring dengan saling berhenti menyapa diantara kita, semua berhenti tanpa bisa ku prediksikan ini akan benar-benar berhenti,
Tanganku tak menggenggam apapun, sebuah kuas telah habis ku torehkan begitu saja tintanya ketika kita tengah dalam perjalanan menuju detik ini, tanganku tak menggandeng apapun yang sekiranya bisa ku selipkan disela jemari kalian sebagai tanda bahwa kita pernah bersama menjadi poros dalam sebentuk pelangi tak berwarna.
Dan pembiasan itu pun terjadi.

Eonni..Eonni..Eonni...ini bukanlah untuk terakhirku menyapa dan menyebut nama kalian, tapi udara pagi seperti menyekap alur nafasku untuk menghirup sang partikel hidup.
ini bukanlah saat ketika aku akan berkata aku berhenti mengenal mereka yang membuat kita saling mengenal,
ini bukanlah sebuah note diambang batas penghancuran sebuah kertas, dan yang aku takutkan hanyalah ini ketika kalian tak ada lagi waktu untuk meresapi bagaimana waktu benar-benar berjalan, yang aku takutkan ini adalah saat terakhir bagi kalian untuk mempunyai asa dan rasa untuk bisa merasakan sentuhanku.

Kenyataan bahwa dunia kita nanti berbeda dan sekarang tengah dalam jalan menuju kesana, dua tahun- tiga tahun- empat tahun terakhir mengenal kalian adalah sebentuk flashdisk indah yang menggantung berat dileherku.
Aku tidak mau kita berhenti mengenal meski Korea tak lagi punyai daya untuk menggelapkan mata kita.
Aku tak mau sebentuk flashdisk kita terisi penuh dengan cepatnya hingga tak lagi layak untuk tetap dipegang dan harus ada sebentuk yang lain,
semua ketakutanku..semua yang berhasil masuk dalam daftar tak diinginkanku..akankah terdengar seperti kekonyolan?
ini kekonyolan ditengah kesadaran saraf-saraf yang kembali berhembus normal bahwa sekarang kita tak lagi sejalan, bahwa hanya ada sedikit waktu yang terkucilkan untuk bisa saling tertawa.
Dan ketika semua ini terjadi, satu yang ku sesalkan..aku tak bisa memberimu sebentuk senyum seperti apa yang teman dalam dunia mayamu lakukan.
aku diam, aku muncul dalam sebuah gebrakan, terkadang manis, terkadang minta ditendang, semua itu..aku tau aku buruk..tapi aku tetap tak bisa membuat semuanya lebih berwarna, aku tak lagi bisa mengikuti jalan kalian, aku tak bisa lagi memberi kertas kosong lain untuk kusodorkan pada kalian agar bersama kita bisa mengisinya dengan note-note lain.
yang bisa ku lakukan hanyalah mematung..memandang kalian tertawa dengan yang lain, yang bisa kulakukan adalah mematung melihat betapa kalian telah berhasil, mematung dan menyaksikan betapa kita benar-benar tak lagi dalam jalan yang searah.

yang bisa ku lakukan hanyalah membuka waktu dan menyisipkan note-note berisikan bagaimana jalan kebersamaan kita dan menatanya rapi dalam paragraf..
sebuah penggandaan paragraf yang kutau hanya sisi dan otakku memahami seperti apa inti dari semua ini.

Kalian tengah merasakan apa? aku hanya tengah sibuk memuntahkan cairan-cairan kosong yang tak bisa berbaur lagi dengan asam lambungku.
Aku hanya tengah menuangkan segala penat yang selama ini tak juga bisa kuteriakkan mengingat aku masih ingin disebut waras.

Aku terlalu jatuh ketika memasuki dunia ini...kalian juga kurasa, mengingat betapa gilanya ketika awal kita saling menyapa..
dan kamu..dan kamu..dan kamu sekarang berjalan sedang aku masih saja terseok untuk bangun dari tempat dimana kita bersama roboh dulu.

dan pada akhirnya, musik tetaplah sealiran nada-nada sumbang yang disempili kata-kata penuh makna dan berbunyi indah,
musik tetaplah udara penuh rasa yang terus-terusan menonjok tiap ujung lidah penikmat khayalan,
musik tetaplah musik yang bergenggam erat menyatu masuk dalam sebuah lengkingan-lengkingan keras yang terkadang dengan paksa harus merusak sendiri jalur dinding pita suara yang dilaluinya.
dan aku justru meminta musik adalah sebentuk udara yang berjalan pelan menyerobot masuk dalam hidung menuju paru kalian terus- dan terus hingga tanpa sadar kita telah memiliki nafas yang sama.
Musik tetaplah yang seperti itu, idola tetaplah yang seperti itu dan jangan menyebut ini sebagai satu kesalahan ketika aku berkata aku terlalu merindukan kalian.
Kalian sibuk, aku mencoba untuk sibuk.
kalian mempunyai sedikit waktu, dan aku mencoba untuk terus menghapus sang waktu..
tidak ada arti apa-apa hanya ingin kita tetap sejalan, hanya ingin kita tetap bergandengan..
meskipun selalu ada hari kita tak pernah menyapa, meskipun akan terlewati hari dimana aku akan dikemas dalam museum usang,
meskipun akan datang waktu satu diantara aku dan kamu akan hanya menyodorkan seperempat inchi saja dari ujung mata untuk melihat ini.
harapan tetaplah sebuah harapan,
jika yang lain berharap dengan sangat keras untuk tetap menjadi bagian dari sebuah fandom..bisakah aku tidak menjadi seperti yang lain? bisakah aku berharap untuk bertahan dengan kalian saja? bertahan dengan ikatan tak terlihat kita?
bertahan dengan kekeluargaan yang perlahan terasa makin memudar ini?

Ini terasa klise memang, ini terasa seperti kalian tengah mendengarkan sebuah dongeng dalam pengantar tidur siang,
dan kenyataanya aku tetaplah merasa kehilangan untuk beberapa waktu terakhir ini.
Aku merasa sedikit kesesakkan untuk tetap menganggap kalian ada karena memang diujung jalan sana, tak lagi ada kursi-kursi kosong untuk kita duduki berdua demi hanya sekedar melepas penat.

Bertemu kalian bukanlah suatu kebanggaan, tapi mengenal kalian telah ku patenkan menjadi salah satu judul dari sedikitnya judul akan sebuah cerita-cerita panjang jika saja hidupku adalah sebuah buku..
mengenal kalian mengertikan aku bahwa selalu ada kisah dalam sebentuk lagu, selalu ada nada-nada tak terjamah dari seikat not-not baku.

i love you eonni...kenapa kita tidak lagi saling menyapa sekarang?
kenapa harus membiarkan banyak spasi panjang untuk paragrafku?

Aku seperti telah gagal mempertahankan ini,
aku seperti tengah mengais sendiri bekas tapak jalan dalam sebuah lorong masa tak berpintu..dan aku berharap masih tetap bisa mengetuk ingatan yang kalian punyai beberapa tahun lalu dengan rasa yang sama-meski dalam porsi yang tak lagi seimbang,
aku berharap masih bisa mengingatkan kalian satu per satu, huruf demi huruf, inchi demi inchi sebuah semangat yang tercipta di hari sebelum datang embun pagi..

Dan semua harapanku tetaplah berbentuk harapan jika memang semua ini memang harus terhenti karena kotak substansial yang menerjang masuk disela kedamaian kita.


FIN


Waktu membuka kisah, sebentuk cerita tanpa monolog yang tetap mempunyai kata akhir,
dan aku membenci ketika kata 'selamanya' harus terucap diantara waktu berharga yang pernah tertuang indah dalam kanvas hitam bergaris pinggir putih semu memburam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar