Sabtu, 18 November 2017

Kembali

Aku berlari, terus dan terus tanpa mau sedikit saja peduli akankah jalanan di hadapanku telah mencapai ujung atau justru tengah menemui persimpangannya.

Mereka kembali, hatiku tak pernah berhenti membisikkan kenyataan bahwa mereka telah kembali. Rumah yang selalu kuhindari untuk kembali, senyum teduh yang setengah mati kuhindari untuk tidak terus terpatri, sekian tahun berjuang dan seperti hujan pertama yang datang setelah kemarau panjang nan mencekam.  Dahaga itupun akhirnya terpuaskan.

Delapan atau mungkin tujuh tahun lalu, aku pernah merasakan kelengkapan yang tiada terkira. Aku memuja, aku mencinta, aku memahami dan aku pula tercabik karenanya. Siapapun mereka tak ingin kusebut namanya disini, biarkan saja nama itu hanya mengalun dalam relung yang hanya diriku yang bisa mendengarnya. Menjamahi mereka sekali lagi, terasa seperti bercinta di garis vertikal yang memisahkan atau justru menghubungkan dua subjek alam. Lebur bukan lagi kata yang tepat untuk menggambarkan. Karena duka menyelimuti apapun yang tersisa, karena bahagia menempeli apapun yang terlaluinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar