Sabtu, 17 Oktober 2015

Oktober

Angin panas dipenghujung bulan oktober kian menambah bara yang tengah menyala disetiap ujung sel milikku. Bergejolak, menyemburkan ribuan tanya dan membungkam semua nafas terhela.

.
.
Bagiku, ini seperti rutinitas. Perasaan mencabik yang terus terulang dalam jangkauan waktu berdimensi. Saat dimana setiap jengkal raga terasa mengalir rakus bongkahan api menyala. Panas. Namun yang dibutuhkan bukan air. Pernahkah engkau merasakan detik-detik menegangkan itu ?

.


Aku adalah sejenis binatang hutan. Dan bulan oktober tidak pernah mau berramah tamah dengan keberadaanku seperti juga bulan lain di setiap musim panas. Ia akan membakarku dalam dahaga yang tak pernah keluar dari kabut gelapnya. Sisi misterius miliknya terus memutar roda dan memaksaku merasakan lagi saat-saat menyakitkan ketika darah hidup didalamku harus meletup karena suhu panasnya.
Aku membenci ini. Aku tak pernah menyukai panas terkhusus dibulan oktober ini. Semua yang semula tergenggam, tersadari dan terkontrol mendadak membegal diri dari roda putarnya. Tak ada yang sanggup terpahami karena memang semua terjadi apik didalam raga yang tak tercela.

Oh alam...sekiranya engkau sudi untuk mengetahui apa yang tengah terjadi.
Oh alam...sekiranya engkau mau mendengar apa yang tengah menikam ulu hati salah satu monster peliharaanmu.

.

Oktober berjalan dengan sangat lambat. Seakan ditiap langkahnya diselingi pula tari bahagia karena melihatku tersiksa.
Bukan. Bukan karena aku membenci bulan istimewa ini. Bukan pula karena panas yang dibawanya berkepanjangan ini. Aku membenci ketika ragaku harus menguap seiring meningginya matahari. Aku membenci karena ia terus menampakkan diri, sesuatu yang dalam penghujan menjelma bak kelinci lemah tak berdaya.
Oh alam...kenapa engkau terus diam.
Siapa dia yang tengah bersarang di dalamku. Siapakah dia yang terus membakar hingga persendianku. Sesuatu yang lainkah ? Atau diriku yang menghangus karena lama tak terjamah oleh alam ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar