Jumat, 27 November 2015

Catatan Tertunda Untuk Firas

Alam Semesta,
.
.
.
.
.
.
.
Pertemuan ini akhirnya menjadi nyata. Sesuatu yang membuat tiap perjalanan jarum jam menjadi berlipat lebih menegangkan. Sebuah penantian yang menguras kesabaran. Namun aku menikmati setiap pergerakan yang tersalurkan hangat melalui dinding perut. Menikmati setiap detak jantung yang merasuk dalam tiap pejaman mata. Engkau akhirnya melihat dunia.
Batasan yang selama ini menjauhkan aku dan engkau agar hanya saling mengenal sebatas antar perasaan saja akhirnya pupus dalam waktu singkat. Satu jam yang menjungkirbalikkan persepsiku selama sekian tahun tentang adanya kehidupan. Satu jam yang mengantarku lebih dekat kepada sang pencabut kontrak hidup, namun belum diizinkannya untukku membubuhkan paraf tanda pengakhiran.
Kita akhirnya bertemu sayang. Kita baru saja bertemu, namun aku yakin kita akan menjadi teman baik. Berbagi kebahagiaan dalam setiap langkah dan kita akan selalu bersama.
Tanganmu terasa begitu asing, seperti awan wangi yang baru saja keluar dari tempat cetaknya. Tanganmu terasa begitu asing dalam genggaman, seperti cokelat padat yang bertemu pemanas. Terasa melelehkan.
Redup kecil retinamu terasa begitu asing, seperti bohlam menyala didalam gelapnya kamar, menyiram hingga setiap sudut dengan sinar keemasan yang nyaman.
.
.
.
.
.
Perjalanan panjang yang kita lalui ini. Dimana semuanya membuat kita bertambah kuat. Perjalanan ini, kita akan melakukan dan terus menapakinya dengan bersama-sama.
.
.
.
.
.
Kaki mungilmu mulai menapaki alam, menyapa satu demi satu tumbuhan dan bebatuan. Membelai angin yang menyapu lembut raut wajah nan menggemaskan milikmu. Dan aku menyukai setiap ketakjuban yang terpancar dari bola rapuhmu. Kekaguman yang selalu lolos dari binar matamu. Juga, kehebohan dari setiap pengalaman pertamamu.
.
Langkah baru, pemahaman baru. Dalam kehadiranmu yang baru saja dan terasa seperti hitungan jam bagiku, engkau telah mendatangkan sebuah dunia baru. Seluruh dunia terasa baru.
Dengarlah sayang, alam menyapa kita..mereka menyambut kedatanganmu. Siap memanggil aku dan engkau dalam petualangan baru yang lebih menantang sekaligus menakjubkan.
.
.
.
.
Perjalanan panjang yang kita lalui ini. Dimana semuanya membuat kita bertambah kuat. Perjalanan ini, kita akan melakukan dan terus menapakinya dengan bersama-sama.
.
.
.
Dalam langkah yang masih menjadi misteri. Dalam dunia yang maha tak terjangkau ini, tersungkur dan bahkan jatuh mungkin akan terjadi. Tapi aku tahu, aku yakin itu yang akan menempa juga mengajarimu menjadi lebih kuat. Mereka yang akan membukakan matamu untuk lebih bisa belajar tentang adanya titik rendah dan juga spasi, koma sebuah babak baru.
Lewat alam yang menyuguhkan begitu banyak keajaiban dan berlimpahnya sajian. Lewat matahari dan hujan kita akan belajar tentang kehidupan.
Jika kehadiranmu adalah sebuah momen dimana engkau dengan caramu mengajariku kesabaran dan ketabahan. Maka perjalanan kita nanti akan menjadi episode baru, dimana engkau akan mengajariku lebih tentang banyak sudut yang selama ini tertutupi selaput peka yang mengikis seiring bertambahnya usia. Mereka akan melihat tanganmu lah yang dibalut erat pengamanan dariku demi tercapainya langkah baru, tanpa tahu jika sesungguhnya akulah yang tengah engkau tuntun untuk melangkahi tapak baru dalam dunia yang baru juga. Kita tengah belajar bersama tentang kehidupan. Dan tumbuh bersama.
.
.
.
.
.
.

Perjalanan panjang yang kita lalui ini. Dimana semuanya membuat kita bertambah kuat. Perjalanan ini, kita akan melakukan dan terus menapakinya dengan bersama-sama.
.
.
.
.
.
Lihatlah betapa mengagumkannya semua ini. Lihat betapa dekatnya kita. Bukan lagi terbatasi oleh selaput ari dan juga dinding perut, apalagi terbatasi oleh teka-teki ilahi yang selalunya menyisakan tanya dan juga misteri. Lihatlah betapa jauh sudah perjalanan kita yang kita lakukan. Berawal dari sebuah ikatan tanpa unsur kesengajaan. Berawal dari kata 'Ya' yang tak pernah memiliki ujung ataupun hulu demi sebuah pertanyaan kenapa. Berawal dari nol yang menjembatani ribuan kata teruntai hingga detik ini.
Sungguh, engkau tidak pernah tahu betapa kehadiranmu telah dengan sangat pas menyempurnakan kelengkapan bahagiaku. Dan aku bersyukur untuk keajaiban itu. Dan aku bersiap untuk melangkah, menanti adanya jurang, menembus segala daya yang alpa untuk diperjuangkan. Dan aku bersiap untuk menjadi tembok bagi dunia yang hendak meruntuhkan juga menjegal langkahmu.
Lihatlah betapa mengagumkannya semua ini. Lihat betapa dekatnya kita sekarang, dan berapa jauh sudah kita menapakkan langkah. Namun ini barulah awal. Permulaan langkah.
Didepan sana perjalanan masih panjang, dan bila langkahku tak sanggup mengantar pada derap terakhirmu, semoga engkau ingat bagaimana awal dari perjalanan ini. Semoga engkau engkau ingat, kita telah berbagi ruang, berbagi cinta dan berbagi kebahagiaan.
.
.
Sayang dengarlah, mereka memangil aku dan engkau. Dalam perjalanan baru untuk dunia yang juga baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar