Rabu, 14 November 2018

Kesadaran Atau Ketiadaan?

Waktu terus berjalan, seiring menuanya umur bumi ini, semakin bisa ku sadari siapa sebenarnya diri ini, siapa yang tengah mengemudi nama ini.  Dulu aku terlahir dalam ujud manusia, bayi mungil tanpa dosa yang entah terlandasi oleh apa, di beri nama Tanah. Aku curiga siapapun mereka yang mengusulkan nama itu, tengah terobsesi pada sebuah pijakan. Karena memang secara harfiah fungsi tanah adalah untuk menjadi alas, bukankah?

Beranjak lebih besar, aku mulai menyadari sebuah keganjilan. Bahwa ternyata tidak hanya 'aku' sendiri yang menghuni raga ini, sesuatu seperti monster mengaum dari dalam diriku, dan melalui kerongkonganku. Aku tercekat, tak mau menghadapi apapun yang mungkin selama ini telah kupelihara secara tak sengaja. Raga ini perlahan mulai kehilangan batas perasanya. Aku mencari dan mulai mencari seperti apa itu rasanya menjadi manusia seutuhnya. Sakit konon adalah bagian vital dalam sebungkus manusia yang akan terus mangikuti semenjak hari pertama kedatangannya di dunia. Aku mulai mencicipi beberapa jenis rasa sakit, dari mulai yang terlihat hingga yang kasat mata. Aku memeluk rasa sakit hanya demi memanusiakan raga ini yang terus saja kehilangan rasa manusianya.

Aku pernah mengira perjalanan ganjil ini akan berakhir dengan bangkitnya sebuah kesadaran akan keberadaan sesosok monster di dalam sana. Aku cukup tersiksa untuk waktu yang lama, untuk pemahaman yang tak kunjung menemui titik terangnya. Tapi ternyata waktu memberi jawaban dengan sebuah tamparan. Tidak hanya sekarang aku sadar bahwa ternyata aku ini manusia separo monster, tapi juga kenyataan di depan mata, sebuah gejala tak mengenakkan bahwa sesuatu yang lebih buruk mungkin tengah menghadangku di depan sana. Puncaknya adalah beberapa waktu yang lalu, ketika aku mulai merasakan kegamangan dalam mengendarai raga ini. Aku melihat sebuah puncak, tapi kakiku tertambat gravitasi hingga yang bisa merasainya hanyalah nalar. Aku melihat sebuah genggaman, tapi lupa seperti apa rasanya menegang dan menggenggam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar