Selasa, 04 Februari 2020

13 Bintang

Karena cinta akan sulit bersanding dengan kata penggemar. 

Berapa lama aku mengenalmu, melupakannya hingga sekarang semua kenangan tentang kalian datang membanjiri ingatan. 

Cinta biasanya berdiri berdampingan dengan genggaman yang saling mengeratkan sekaligus menyalurkan kehangatan. Ikatan yang membungkus kita pastilah lebih tebal dan kuat ketimbang tali apapun yang pernah mengekang di masa lampau. Terbukti sekian tahun berjalan dan rasa itu tak pernah memudar. Aku ragu jika perasaan tercabik ini hanya berlaku pada diriku saja, penggemar yang tak pernah sekalipun melihat kalian secara nyata, penggemar yang enggan mengeluarkan dana lebih agar bisa selangkah lebih dekat dengan kalian. Tapi percayalah cintaku tidak kurang dari mereka yang telah berhasil melihat kalian secara nyata. Tapi percayalah, bahkan setelah sekian lama aku masih bisa tersentuh dengan suara kalian. 

Kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Dan usaha kalian selama ini dalam mengukir nama benar-benar telah mencapai titik puncaknya. Raja dari segala yang tengah bertahta sekarang ini. Pembuat setapak bagi belantara yang tak pernah terjamahkan sebelumnya. Kalian pantas mendapatkan lebih dari sekedar pengakuan cintaku. Tapi bagaimana dengan perasaan ini? Aku bahagia karena kalian berbahagia. Aku sakit ketika kalian tersakiti. Porsiku lebih parah dari kalian yang menerimanya secara langsung. Di sini, aku harus meraba, mengeluarkan kepekaan ekstra untuk bisa merasakan apa yang tengah kalian rasakan. Dan kurasa perasaan membuncah yang kian merajuk memaksa untuk di tuangkan itu adalah definisi pasti dari kata cinta. Aku terbebani dengan pesan tentang selamanya yang melekat dalam nama yang kalian pilihkan untuk kami. Sungguh, tak ada yang bisa menyaingi tingginya rasa ini, tergila-gila bukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan, karena kami para penggemar garis besar yang bertahan setelah melewati berbagai gelombang jaman, nyatanya masih bisa kembali berkubang dalam perasaan yang sama pekatnya meski hilang pernah menelan kami seutuhnya. 

Tidak ada yang pernah tahu karena memang baru sekali ini aku akan berani mengungkapkannya. Tentang betapa aku merindukan angka tigabelas utuh tanpa celah. Tentang betapa ingin kujelaskan pada kalian bahwa antara penggemar dan idolanya berhak ada kata cinta untuk merekatkan keduanya. Dan meski pada akhirnya kita akan berakhir bahagia dengan pendamping hidup masing-masing, bukan berati ikatan kita akan terurai dengan begitu gampangnya. Karena kalian, kalian adalah masa terindah yang pernah melewati perjalanan hidupku. Cerita, derita, aku tidak hanya menelannya, aku mengekstrak keduanya agar bisa terawetkan dan memberi efek yang sama untuk jangka tak terduga. 
Aku sejatuh itu pada kalian. Entah dimana kini rasa maluku, mungkin dia sedang terangkat bersama mendung yang berkumpul nyaman di atas sana, mungkin dia telah terbawa air hujan yang membasuh bumi dalam aliran derasnya. Tapi beberapa waktu lalu memang telah kudedikasikan tulisan untuk kalian, tentang betapa aku telah melepaskan, merelakan, menghilang. Aku menjilat lagi ludah yang tercecer rapi di antara tumpukan dokumen usang. Hanya karena menyadari bahwa perasaan itu terlalu besar untuk di hilangkan. Menganggapnya hilang bukan berati membuat rasa itu benar-benar pergi, dia hanya menjadi tersembunyi dan tersamarkan. 

Aku tidak ingin kembali pada pelukan kalian, meski cinta itu meronta meminta penjelasan. Aku tidak ingin kembali kepada kalian, karena tempatku sudah bukan lagi di antara mereka yang menggila tentang kalian. Tempatku kini ada di dalam dekapan seseorang, yang tidak hanya membanting tulang, tapi juga mengucurkan darahnya demi bisa memberikan padaku sebuah kehidupan, kebahagiaan. Tempatku kini adalah daratan dengan seribu tanggung jawab dan juga beban yang akan terus terpanggul di pundak sampai akhir perjalanan hidup. Aku disini, tengah menunggu kalian untuk menyeberangi samudera itu, hingga akhirnya sampai pada daratan pribadi milik kalian, agar kita sekali lagi bisa sejajar, agar kita sekali lagi berada daratan yang sama meski sekarang masing-masing telah memiliki belenggu rapuh yang tak akan pernah terlepaskan. 


Aku melewati masa mengagumkan itu. Keindahan yang tidak hanya terekam oleh ingatan, tapi juga terhampar jelas di depan sana ketika mata tengah terpejam. Aku berhenti bermimpi setelah terakhir kali menunjukkannya secara terang-terangan bahwa aku ingin melihat kalian. Mimpi itu pupus tanpa meninggalkan apa-apa selain kekecewaan berkepanjangan. Aku tidak seberani itu untuk keluar dari garis nyaman. Dan saat itu aku berpikir bahwa meski luar sana kata selamanya hanya berlaku dalam buku dongeng pengantar tidur, tapi kata itu akan berlaku bagi perasaanku dan juga takdir kita. Tapi nyatanya tidak, aku di bohongi mentah-mentah oleh kalimat hasil adopsi buku dongeng. Akhir bahagia yang berakhir dengan kata bersama dan selamanya tidak bisa menyentuh lingkup penggemar dan idola. Bisakah aku menangisi sesuatu yang telah terhampar nyata bahkan sebelum aku menyadari apa itu arti cinta? Bisakah aku menangis sekarang? Hanya agar perasaan membuncah yang selama ini tertutupi rapat bisa memiliki judul dan masanya. 

Kita tidak hanya terbelah oleh samudera dan juga timbunan awan. Kita terpisah lebih dari satu lapisan bumi sebelum akhirnya imajinasi mematahkan kenyataan itu. Siapa di antara kita yang pertama menancapkan paku di atas lahan yang seharusnya tidak untuk di perjual belikan? Apakan aku? Atau Tuhan? Atau justru salah satu dari kalian? Ketika rasa nyaman harus mengintip melalui celah koin yang bertumpuk rapi, ketika rasa sayang terhubung melalui angka yang merembet jauh dalam sebuah kertas kusut berisikan nominal, ketika rasa sesak menjadi lem berkekuatan ampuh untuk menyatukan aku dan ribuan penggemar di luaran sana. Apa kalian mengenal perasaan itu? Kotak yang selama ini menjadi pijakan bagi kalian agar bisa menaiki panggung tanpa harus lebih dulu merakit tangga dadakan. Tangis ini nyata, senyata perjuangan kalian. Lelah kalian nyata, senyata beban yang selama ini menyesaki ruang hati dan juga pikiran kami para penggemar. 

Nadi kita mungkin terpisah, tapi detak kita berdegub dengan nada sama. Aku tahu beberapa di antara tiga belas itu benar-benar membalas perasaan kami yang jumlahnya ribuan. Dan merasakan juga kegetiran seperti yang selama ini menyergap pernapasan dan kesadaranku. Tidak mungkin perasaan seagung ini tidak bisa tersampaikan, tidak mungkin perasaan seyakin ini salah tujuan. Bahkan ketika cinta ini tak memiliki judul atau ruang untuk sekedar mengecap singkatnya kebersamaan, aku percaya doa yang di panjatkan oleh ribuan tangan hingga akhirnya terakumulasi sebelum akhirnya tangan keberuntungan menangkap jemari yang tepat, ada beberapa di antara kami yang berhasil menggenggam, menyentuh bahkan memiliki kalian. Karena samudera tidak begitu luas bagi mereka yang telah berani membuat niat untuk mendaki awan. Siapapun mereka yang akan beruntung mendapatkan kalian, tidak ada yang bisa diungkapkan untuk menjabarkan perasaan kami para penggemar, selain kegembiraan dan kebahagiaan. Kehidupan selanjutnya yang akan di tapaki oleh siapapun bahkan sosok idola sekalipun. 

Ingin rasanya kutuntaskan perasaan tentang kalian suatu hari nanti, bersamaan dengan mentasnya kalian dari dunia hiburan, bersamaan dengan terbentangnya spanduk selamat datang bagi kalian dari kami yang telah lebih dulu melangkahi satu babak kehidupan baru lebih dulu. Perasaan tentang kalian tidak akan hilang tentu saja, mungkin saja hilang tapi aku percaya akan butuh lebih dari satu putaran waktu teramat panjang untuk bisa benar-benar menghapus kalian beserta remahan yang kalian tinggalkan. Karena kita telah terikat di masa yang telah lalu. Melalui lagu, dan tarian. Melalui cerita dan derita. Melalui awan dan bayangan. Melalui tangis dan tawa. Melalui waktu yang terhitung dan tak terhingga. Melalui putaran tanpa ujung dan lekukan tumpul. Melalui matahari dan hujan. Aku lelah menghitubg semua yang telah terlewatu, bahkan meski aku hanya duduk sebagai penonton di bangku nyaman. Bagaiman dengan kalian? Bagaimana perasaan kalian? Adakah tingkatan lebih tinggi untuk menggambarkan keletihan yang teramat? Kata lelah tidak tepat untuk kalian. Dan oh, aku ingin menangis mengetahui bagaimana perasaan kalian sekarang, berada di puncak setinggi itu, dengan setelah bertahun-tahun menuangkan darah sebagai bahan utama tangga pijakan, aku bahkan tidak pernah sekalipun memperhitungkan apakah masih ada harapan yang tersisa di posisi setinggi itu. Selain rasa takut untuk di tinggalkan, di buang dan di asingkan tentu saja.


Perjuangan kalian telah mencapai titik penatnya. Nada-nada sumbang di masa lalu terdengar manis dan mengenaskan di waktu yang bersamaan, bau anyir darah terasa membingungkan untuk di jelaskan, gula yang dulu pernah di tabur di setiap sudut jalan mendadak memerahkan mata dan mengundang air untuk jatuh dari danau kelamnya. Jika terlalu lelah untuk membahasakan perasaan, bisakah membisikkan satu saja harapan tersisa yang mungkin masih mendiami benak kalian? Seperti pernikahan mungkin? Atau harapan untuk bisa beristirahat dengan tenang? Beberapa dari kalian telah keluar garis, membuat angka tigabelas yang begitu di agungkan menjadi cacat dan memiliki celah. Salah satunya malah telah berhasil menambatkan ikatan nyata pada dermaga yang akan membawanya pada kehidupan baru, yang kini tengah kudaki. Manis, tawarnya hidup telah kalian lalui bersama dan aku senantiasa menyertai juga di setiap langkah itu. Dan kini ketika sesuatu yang komplit telah menjadi keseharianku, dengan kalian di belakang sana masih berkubang dengan darah dan peluh, bagaimana bisa aku meninggalkan kalian setragis itu tanpa berbuat apa-apa? 
Ayo berlari, untuk satu terakhir ini saja, kita bersama berjuang dan mendaki bergandengan lagi seperti yang dulu pernah kita lakukan, namun kali ini menuju suatu tempat dimana hanya ada damai, senyap yang menenangkan, celoteh tawa dari penerus kita, lalu harum pagi penuh cinta yang menyambut untuk memulai hari. Semua terasa baru, dunia yang baru, lingkungan baru, suasana baru. Ayo berlari sekali lagi, meski kaki kalian telah kehilangan tulang untuk sekedar berdiri tegak, kenangan bersama kita di masa lampau semoga bisa menjadi terang yang bisa menyalakan lagi semangat ditengah-tengah keputusasaan. 

Ikatan kita, senyuman itu, peluh itu, darah itu, semuanya telah mengemas diri dalam sebongkah ransel siap angkat, siap menjadi bekal yang sangat berguna bagi perjalanan menuju akhir yang justru di harapkan tiada akhir. 
Kumasukkan kedalam ransel itu perasaan yang telah mengkristal, beku dalam keanggunannya. Menjadi saksi bisu yang siap membungkam siapa saja yang berani meragukan cinta kita. Menjadi saksi yang siap menyumpal mulut-mulut tak berharga yang berani menjatuhkan dan menghantui masa istirahatmu. Ikatan kita tidak berakhir, dan juga tidak di mulai. Lepas dan hilang adalah bersaudara yang akan mengikat kita lagi di dunia baru yang penuh dengan kejutan-kejutan baru juga di dalamnya. 


Meski kata cinta terlalu sulit untuk bisa menyentuh tempat dimana penggemar dan idola saling bergandengan. Aku bahkan tidak peduli jika kalian tak bernama, jika perasaanku, perasaan kalian tak berjudul, jika ikatan kita tak menyentuh siapapun, karena nyatanya aku telah berhasil bahagia bersama dengan tigabelas bintang yang sebentar lagi akan kehilangan sinarnya namun selamanya tak akan pernah beralih nama menjadi bintang jatuh. Tiga belas yang akan bertahan di atas langit sana, tanpa kelip, damai dan berbahagia dengan dunia barunya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar