Minggu, 31 Agustus 2014

Warna Dan Nama

Catatan kecil dipagi buta tentang dunia fangirl setelah sekian lama memilih diam untuk berapapun banyaknya cuatan.

.

Aku tidak tau, kenapa akhir-akhir ini masalah perfandoman menjadi sangat besar kansnya untuk dijadikan sebagai pemicu fanwar. Aku semakin tidak mengenali mereka yang membahasakan kegilaan juga obsesinya kedalam satu kata singkat bernama cinta. Aku semakin tidak mengerti mereka yang menyebut dirinya pure atau multi, aku semakin tidak mengenali mereka yang kebanyakan darinya adalah anak kemarin sore.
Aku bagian dari Super Junior. Kanvas Coklat, buku pertamaku menceritakan detail betapa darahku telah sepenuhnya terkontaminasi warna safir biru. Tapi sungguh, masih satu hal yang riskan ketika harus menyebut diri adalah PURE. Menyebut diri berdarah murni. Sekalipun tetap, dimanapun aku memiliki kesempatan tetap kucantumkan satu, ELF sebagai fandomku. Keluasan dunia fangirl memperkenalkanku banyak cerita, banyak nama, banyak darah juga. Dan untuk kesemuanya, untuk kehadiran mereka, untuk usaha mereka bertahan ada, aku menyebutnya teman. Bahkan saudara, tanpa lagi peduli ataukah ia mendiami satu fandom, dua fandom, lima fandom sekalipun. Bahkan jika darah kita berseberangan warna, untukku keberadaan mereka dalam dunia singkat ini lebih penting ketimbang dari sekedar perbedaan warna.

.

Sungguh masih sesuatu yang mengelukan untuk ikut berteriak lantang bahwa aku adalah seorang pure. Karena kenyataannya biasku lebih dari satu saja. Karena ternyata aku memiliki beberapa banyak teman berharga dengan darah berbeda. Aku membutakan darah mereka, yang aku lihat adalah utuh mereka yang terjebak dalam dunia sama denganku. Terlalu sulitkah fangirl masakini untuk ikut memiliki cara pandang sesingkat itu?
Aku sendiri selalu beranggapan, mungkin..mungkin Super Junior akan lebih bahagia jika memiliki penggemar gila dalam batasan yang sebenarnya. Untuk apa berkata pure, dan sebagainya jika masih menganggap fans lain adalah musuh yang perlu dicaci cerna? Aku tidak yakin mereka yang disana akan menerima alasan "cinta" dengan jalan menebar paku kebencian. Aku tidak pernah beranggapan Super Junior akan membenarkan sikap elf yang terlalu menyekat, menggaris pasti dan menjadikan batas sengketa sebagai ajang adu mulut.
Aku memahami untuk Super Junior yang menangisi kepergian elf karena memilih berganti warna darah, aku memahami itu sebagaimana kuresapi rasa ketika seorang orangtua harus melihat anaknya justru lebih dekat dengan ibu-ibu tetangga.

.

Dear my dears elf, jadilah cerdas..tidakkah waktu mengajarimu tentang bagaimana cara menunjukkan dukungan dengan benar? Tidakkah waktu menunjukkanmu bahwa mereka menginginkan kita berada dalam satu warna damai biru safir? Kenapa tidak sekali saja beberapa darimu belajar tentang indahnya diam? Oh tidak, aku ingin menangis sekarang. Sungguh. Untuk mereka yang ditinggalkan setelah menghadirkan segala terbaiknya, aku ingin menangis untuk mereka yang menghabiskan seperempat hidup diatas panggung demi fans yang masih bermulut tajam memuntahkan larva yang diberi judul cinta.
Dear pure elf, aku tidak tau apakah aku sama sepertimu..sekalipun jelas kita berada dibawah kibaran satu bendera, terkontaminasi virus mereka, berharap bisa mendukung juga memberi banyak cinta untuk mereka. Tapi cara kita berbeda, aku memaknai diamku untuk mereka yang menyulut api adalah hal terbaik untuk Super Junior. Dan nalarku masih bekerja dengan tidak terlalu ketat membatasi diri dari fandom lain. Adik tersayangku adalah seorang berdarah hijau lime bernama Bana, kakak tercantikku adalah seseorang mengagumkan bernama Shawol. Dan beberapa mereka yang tak bisa kusebutkan satu persatu. Untuk keduanya..untuk si Bana dan si Shawol aku menahan diri untuk tidak menamakan diriku pure dan menebas segala yang berseberangan. Aku menahan untuk tidak membabi buta menunjukkan rasaku pada mereka yang tak tersentuh. Untuk kehadiran keduanya aku memilih diam akan segala api yang terkadang meminta untuk dikobarkan. Hanya karena aku sadar, dunia fangirl tidak akan selama yang diinginkan untuk tetap eksis, aku tau disana akan ada akhir..dan tapi dari persaudaraan, disana tetap akan ada ikatan terjalin tanpa batasan waktu.
Dear elf masakini, aku bahkan terkadang ragu untuk menunjukkan identitasku pada kalian, aku berpikir kita beda masa..aku terlalu tua untuk bisa berkoar-mengangkat pedang, beradu mulut dan meladeni berbagai fanwar. Kalian yang tengah dalam kobaran api menyala, sementara aku..semangat dukunganku sebatas kedipan bara, menyala tanpa menunjukkan bahwa ia benar-benar ada. Namun jangan ragukan tentang keberadaan bara..kekuatannya menyala bertahan hingga menjadi arang.

1 komentar:

  1. Hai, kak. Perdana banget nih aku berkunjung(?) kesini, hehehehe. :D

    Bener kata kak Ren, gimana ya, aku terjun ke dunia ajaib nan keras dari tahun 2012, dan sampai sekarang aku juga nggak tahu statusku itu apa... PURE!? Aku ngerasa itu status terlalu indah.

    Sungguh masih sesuatu yang mengelukan untuk ikut berteriak lantang bahwa aku adalah seorang pure. Karena kenyataannya biasku lebih dari satu saja. Karena ternyata aku memiliki beberapa banyak teman berharga dengan darah berbeda.

    Itu yang di atas... satuju pisan kak :"D

    BalasHapus