Sabtu, 22 November 2014

Satu - Tiga - Tujuh

Musim panas hanya tinggal menunggu hari untuk berakhir. Kita seharusnya adalah sepasang kekasih yang manis, kita seharusnya adalah sepasang kekasih yang menyebar rasa iri pada sekitar karena berlimpahnya cinta kita, tidak..tapi cinta dariku yang melumuri tiap inchi hingga helai rambutmu. Musim panas hanya menunggu hari untuk berakhir. Dan ditempat ini, jalanan ramai di sudut persimpangan adalah tempat pertama rasa itu menetes dan semakin deras setiap detik setelah akhirnya aku mengetahui namamu dan bisa menyentuh tanganmu. Rasa cinta yang tak diizinkan dunia untuk bertumbuh dengan subur.

.

Hari itu adalah pertengahan musim dingin yang mengesankan. Aku yang tak seharusnya menghampirimu malah tanpa bisa kutahan kaki-kakiku berjalan menuju tempatmu berdiri, matamu terasa anggun memandangi salju turun..seakan tiap butir yang menyapa wajahmu adalah benih hidup yang harus terus kau nikmati kedatangannya. Aku yang sebelumnya tak pernah memiliki keberanian untuk memulai harus berjalan diluar jalur aman. Senyum itu, menyapaku dengan sangat hangatnya. Senyum sama yang mengantarku pada malam-malam penuh adanya harap dan cinta. Ya aku jatuh..pada tawa yang selalu tergores diwajah manis itu. Ya aku jatuh..pada mata yang sesekali menggulirkan butiran emas dalam kedukaannya. Tidak. Tolong, jangan biarkan butiran berharga itu jatuh. Tidak. Tolong, jangan biarkan mata yang memancarkan luka itu menghabisi pernafasanku. Karena ternyata ikut kurasakan denyut sakit disetiap tetes air ditelaga matamu. Wajah manis, tawa yg mengagumkan harus tetap terlukis disana. Harus tetap berada disana, tak peduli jika senyum itu harus datang dari ia, gadis berkuncir yang sangat kukenali. Tak apa jika senyum itu harus berkembang karena ia yang akhirnya mau melihat peluh dan perjuanganmu demi mendapatkannya. Tak apa, abaikan saja aku yang tetesan cintanya mendadak beku dan menghujani tiap inchi permukaan hati. Aku tak apa, setidaknya mau menjadikanku tempatmu berbagi airmatapun adalah suatu yg sangat berharga. Aku tak apa, musim semi akan datang dan membawa pergi juga pasti rasaku yg semakin terasa melelahkan langkah. Dan kau akan bahagia. Bersamanya.

.

Waktu telah berlalu dengan sangat lama ketika terakhir kali kita kembali terlempar dijalanan yang sama. Tapi hari itu bukan senyumku yg mengembang dan menghapuskan airmata diwajah manismu. Hari itu berbeda, ketika engkau dengan sepenuh dayamu bercerita tentang kebahagiaan yg akhirnya bisa kau peluk, dan aku dengan lelehan airmata pengakuan..pengakuan tentang rasa irasional yang membuatmu beku. Hanya beku dan berkata semua hanya candaan semata. Aku tak mungkin menyukaimu, itu penyangkalan terakhirmu sebelum semua semakin memburam dan langkahmu perlahan menjauh dari tatapan. Jauh dan semakin jauh, bahkan jika aku memaksa berlari dan menggapaimu, tangan itu tak akan bisa ku sentuh, senyum itu tak akan bisa kumiliki. Waktu telah berlalu dengan sangat lama ketika akhirnya semua harus menjadi seperti ini. Kita seharusnya menjadi sepasang kekasih yg manis, bukan malah menjadi sepasang orang asing yang tak saling mengenal.

.
Hari ini aku kembali berdiri di jalanan ramai di sudut persimpangan. Musim panas hanya tinggal menunggu hari untuk berakhir. Mataku sesekali terpejam erat, lama. Dan ketika kembali membuka mata, kuharap sosokmu ada disana, disudut yg sangat kuhafal letak persisnya. Aku berharap sosokmu akan datang meski hanya sekali dan menghadirkan lagi padaku senyum manis yg pernah menawanku dengan sangat kuatnya. Dan akhirnya harap tinggal harap saja. Aku melangkah meninggalkan sudut persimpangan dengan dagu menantang langit. Aku adalah manusia kuat. Tak akan kubiarkan diriku lemah hanya untuk rasa yg bahkan tak layak disebut cinta. Tak akan kubiarkan diriku lemah untuk rasa yang telah menghujaniku dengan kerasnya selama banyak musim. Setidaknya aku pernah memiliki keberanian untuk melangkah menujumu. Setidaknya aku pernah merasakan sentuhan tanganmu. Setidaknya aku pernah mengusap butiran langka yang menetes dari pelupuk matamu. Berjalanlah dengan baik. Dan kelak ketika kita harus dengan tanpa sengaja bertemu, tatap aku dengan senyum manis itu. Berjalanlah dengan baik dan aku akan mendoakan untuk tetap bertahannya senyum diwajah manismu itu.

.

Tak ada yang harus ditangisi lagi hari ini. Musim semi telah datang, dan sekalipun rasa itu telah dipaksa terhapus dari memoriku. Ketika aku berjalan dipersimpangan itu, denyut sakit yang telah membasi seperti bangkit dan membangunkanku. Hiduplah dengan baik dan ketika kelak kita harus dengan tanpa sengaja bertemu, tatap aku dan tetaplah tersenyum manis seperti pertama kali musim dingin menjadi saksi untuk pertemuan kita. Cinta itu ada dan sepertinya kita memang tidak digariskan menjadi sepasang kekasih yang harus terlihat manis. Sekalipun cintaku lebih deras membanjirimu ketimbang aliran cinta miliknya. Tak apa, karena hatimu tak sanggup melihatku. Hiduplah dengan baik dan tetap tersenyum dengan manis. Musim semiku telah datang dan selamat tinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar