Sabtu, 25 Oktober 2014

Season In The Sun

Musim semi menyapa, angin berhembus sejuk dari waktu matahari terbit hingga terbenam. Bahkan malam adalah saat yang manis sekaligus tenang untuk sekedar menikmati pelataran. Burung-burung berkicau dikala siang, mengitari hamparan langit membiru dengan sedikit awan, dan taman juga jalanan terpenuhi oleh anak-anak dengan tangan kotor lumpur, tapi lihatlah tawa mereka mendera tulus dan penuh kealamian.
Selamat tinggal teman kecilku..kita telah saling mengenal baik dari umur lima atau enam tahunan. Bersama kita mendaki bukit, menuruni jurang, memanjat pohon, juga menyeberangi sungai. Waktunya sudah berlalu sangat lama ketika kita pertama kali bersama belajar mengeja cinta, tangan kita berlari menggunduli semak dan menggali aksara. Dan dari kesemuanya, hati kita terkadang harus tergores karenanya, lutut kita mengatuk batu jalanan tapi tawa sehalus kapas tak pernah berhenti hadir mewarnai hari. Tak jarang kita berdebat juga bermusuhan. Tapi pada akhirnya kita akan saling bergandengan.
Selamat tinggal teman dekatku, terasa sulit harus mengucapkan perpisahan disaat musim justru tengah dalam masanya untuk tumbuh dan berkembang. Lihatlah keatas, tempat matahari tersenyum dan awan menari-nari menyapa, juga lihatlah burung berputar menyanyikan keriangan. Ketika esok datang pangeran tampan menghampirimu dan mengetuk pintu rumah juga hatimu. Saat itu ingatlah aku maka aku akan datang memberimu pelukan dan kita akan menikmati masa bahagia bersama. Atau jika esok gelombang dan dinginnya musim mendatangimu bergantian, saat itu ingatlah aku maka aku akan disana memberimu penguatan bahwa engkau tidak sendirian. Karena aku tau, dingin selalu membekukan tubuh dan membirukan wajahmu. Aku menyukai dingin, tapi engkau bermusuhan dengannya. Dan tanganmu selalu berhasil menghangatkanku disaat aku terlalu lama menggenggam butiran salju, dan bara diwajahmu selalu bisa menyalurkan kehangatan. Kebahagiaan.

.

Kita telah bersama..memasuki musim semi yang lalu, menggigil bersama dimusim dingin yang lain. Dan tertawa mendaki bukit ketika musim panas menyapa.
Selamat tinggal teman baikku. Sungguh tidak mudah untuk mengucapkan kata perpisahan. Dan sekalipun aku tidak menyukainya aku harus mengucap itu sekarang dan kau harus terus mengulang untuk mendengarnya agar perpisahan ini terjadi dengan kealamian. Seperti musim panas tahun lalu saat kita masih menyempatkan bergandengan, sebelum musim dingin datang dan kita harus berpisah demi tugas yang masih menumpuk hingga akhir musim datang. Kita bersenang-senang, kita bersenda gurau, kita tertawa menikmati datangnya musim panas. Dan hingga saat musim itu berakhir, berganti dengan musim lain kita tak menyadari dan lupa mengucapkan selamat jalan.

.
.

Selamat tinggal ayah tolong berdoalah untukku. Aku mungkin pernah menjadi arang untukmu. Engkau telah mengajarkan padaku tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Memukul tanganku jika aku salah dan menghardikku ketika aku terlalu banyak membantah. Selamat tinggal ayah. Untukmu, berlipat lebih sulit untuk mengucapkan perpisahan terlebih setelah puluhan musim terlewatkan tanpa adanya alpa kebersamaan. Dan aku kagum ketika kita ternyata bisa melalui banyak airmata juga tawa selama ini.
Selamat tinggal ayah, tengok ladang halamanmu dan lihatlah kelangit atas, tempat kita biasa menghabiskan hari membabati rumput, menamani sayuran atau sekedar berlarian. Juga tempat kita menikmati sepiring kue hangat sambil menontoni langit oranye diufuk barat. Ketika engkau mendatangi taman diujung jalan atau dimanapun yang kiranya kau dapati banyak anak tengah bermain dan tertawa, maka tersenyumlah karena aku tengah ada bersama mereka. Tersenyumlah bersama mereka karena aku juga tengah menikmati musim yang terus bergulir seiring langkah mereka.

.

Kita telah bersama. Melewati banyak malam, melalui tak terhitungnya siang. Terlalu banyak minuman tertuang, juga lagu yang terputar untuk dijadikan latar kita menertawakan kehidupan.
Sungguh tidak mudah untuk mengucap kata perpisahan. Dan sekalipun aku tidak menyukainya aku harus mengucap itu sekarang dan kau harus terus mengulang untuk mendengarnya agar perpisahan ini terjadi dengan kealamian.

.

Kita bersenang-senang, kita bersenda gurau, kita tertawa menikmati datangnya musim panas. Dan hingga saat musim itu berakhir, berganti dengan musim lain kita tak menyadari dan lupa mengucapkan selamat jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar