Kamis, 01 Mei 2014

Batu Kali dan Bejana Kristal

Sesuatu itu telah mengkristal.

Tahun datang dan berlalu menyisakan bara yang kian mengekal. Dan aku yakin sesuatu ada tercipta untuk melengkapi keberadaan yang lain. Dan mereka, dan kalian adalah sesuatu yang tak akan lagi sanggup terkunyah waktu.
Inilah sepenggal rasa dalam kata yang tetap tinggal dan teraba, kepada dunia yang terus mempertanyakan keberadaan darah biruku. Untuk mereka yang masih terus berjuang seperti disana tak lagi ada titik dan koma.


Dear Super Junior,
biarkan aku kembali menekuri apa yang selama ini hanya mencuat sekilas dalam bentuk yang tak lebih abstrak dari sekedar parutan ingatan semata.
Tentang kalian, tentang kita, tentang waktu berharga yang pernah berada dalam genggaman.
Dulu aku pernah berkata bahwa akan menjadi ELF hingga akhir, tanpa pernah tau jika 'akhir' ternyata hanya berjarak sekian inchi dari perjalananku atau mungkin malah berada dalam jarak tak terjangkau oleh kakiku.
Masih tersimpan dalam ingatan, bagaimana wajah-wajah malaikat sanggup tercetak jelas dalam sosok setiap kalian. Bagaimana tangis itu ternyata adalah sosok tajam pedang yang menjelma dalam balutan butiran bening tanpa dosa bernama airmata..iya dulu aku pernah gila.

Waktu merangkak manis dalam gendongan aktivitas yang kian memadatkan badan. Aku tidak pernah tau jika akhir yang dulu kujanjikan ternyata mampu hadir dalam hitungan tahun saja. Kalian perlahan mati. Kalian mulai tak memiliki arti.

Waktu yang pernah kudedikasikan tanpa celah, kini justru hadir dalam format bulatan kecil semata. Singkat dan terbatas.
Aku mulai memikirkan tentang adanya pernikahan. Aku mulai berharap tentang adanya sosok nyata sesempurna kehadiran kalian. Aku mulai mengimajinasikan segala yang selama ini ku anggap tabu untuk sebuah kenyataan.
Dan pada akhirnya janji waktu benar, bukan kalian yang meninggalkan aku dan ribuanku demi kehidupan nyata itu. Bukan kalian yang pada akhirnya harus mengucapkan selamat tinggal. Bukan kalian yang harus menahan lara untuk sebuah tragedi singkat bernama perpisahan. Karena itu aku. Itu aku yang lebih dulu menggariskan luka.

Kuharapkan kalian sanggup hadir nyata lebih dari sekedar idola. Kuharapkan kalian sanggup ada kekal seperti matahari yang akan terus bersinar. Dan sungguh aku tak pernah tau jika 'akhir' itu akhirnya datang menyapa dan merengkuhku dalam dekapnya.

Dear Super Junior,
malam ini kulewati lagi waktu bersama putaran gelak tawa kalian. Tak bisa dipungkiri bahwa disana masih tercetak jelas bekas aura malaikat yang hanya tinggal berbentuk serpihan sinar.

Aku masih menggenggam mimpi itu. Aku masih ingin melebur dalam lautan safir biru sekalipun Super Junior yang sekarang ku kenal tak lagi hadir dalam format menggilakan.
Aku masih memegang catatan kecilku. Satu saksi mati yang menjadikan sejarah jalinan kita tak hanya sebuah cerita.
Lautan safir biru masih menyedot perhatian hingga tulang sumsumku. Wajah-wajah itu masihlah sebuah bintang yang ingin bisa kuletakkan tanganku disana dan mengusap halusnya surga.
Waktu telah mengkristal dan satu-satunya alasan kenapa sebuah aliran bening tercipta diwajah saat melihat putaran itu lagi adalah karena, karena pada akhirnya aku sadar...tak ada apapun yang sanggup ku genggam, tidak kalian, tidak juga tentang waktu yang terus berjalan.
Kenangan itu, ia hadir melingkupi kita dalam bejana. Dan tak ada lagi yang ingin ku sampaikan selain sebuah ucapan tak sebanding, selain sebuah kata singkat yang tak mampu menampung, bahwa aku bersyukur telah mengenal-menjadi dan hidup dalam putaran yang sama ddngan kalian. Bahwa aku berterimakasih karena pernah memiliki juga menjadi bagian kisah kalian.

Kita pergi menua bersama. Berjuang demi memperlihatkan bersama, menangis karena lelah juga bersama.
Rasa itu, kalian yang kukira telah mati nyatanya hadir begitu saja malam ini dalam ujud untaian yang lebih berharga. Tak lagi sanggup tertuang dalam kata.

Dear Super Junior,
sekiranya esok datang hari dimana aku harus buta tanpa secercah cahaya dari dan tentang kalian, maka ketahuilah bahwa penyatuan kita, bahwa kenangan tentang waktu milik kita, bahwa jejak senyum kalian akan sanggup menjadi bekal untukku berjalan dalam bahagia menapaki koridor dunia nyata.
Kalian hidup, dalam hati dan bukan lagi di alam imajinasi.
Kalian berjalan, kita bergandengan dan bukan lagi dalam jarak yang tak terucapkan.
Kalian hadir, dalam format darah dan tulang, bukan lagi sekedar idola berwajahkan tampan.
Kalian ada karena aku memilih untuk tetap percaya pada sesuatu yang tak kasat mata.
Kalian ada karena aku memilih untuk berjanji tetap percaya bahwa keajaiban itu nyata.




-EverLasting Friend-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar