Minggu, 18 Mei 2014

Alien Dan Cicak Di Dalam Kotak Pandora

Tuhan memiliki banyak cara untuk membuat umatnya tersenyum..untuk membuatku menikmati mendungnya hari. Dengan satu hal kecil bernama musik misalnya, dan ketika manusia lain beranggapan diam dan statis adalah sesuatu yang membosankan. Maka bagiku keduanya justru adalah jalan menuju surga. Sanggup ku ciptakan dunia yang bagi mereka adalah sesuatu yang langka, sanggup ku blokir segala akses untuk hal bernama cinta tak peduli betapa mempesonanya penghuni dunia. Diam adalah tema, untuk membuat satu cerita penuh makna..menyatukan helai demi helai lembaran darah yang terwarna acak..memayungi segala jawaban justru melalui sebuah pertanyaan. Lalu, siapakah aku?

Dingin udara bercampur hawa hujan tak pelak selalu sukses menyentuh sumsumku..aku kedinginan, sekalipun tengah bertahan dalam gempuran pemanas yang menguapkan kehangatannya. Aku terus kedinginan sekalipun tengah bergumul manis dengan untaian ribuan benang bernama selimut. Bagaimana bisa cuaca dunia satu itu sama sekali tidak bersahabat denganku? Ataukah justru aku yang terlalu kurang dalam memiliki segala tameng bernama imun untuk kekebalan diriku? Ataukah tempatku berada bukan seharusnya disini, dihalaman yang kupijak rumputnya setiap hari? Lalu siapakah aku?

Kotak pandora beserta isi konsepnya tergeletak diatas trotoar jalanan. Siapa yang peduli ia? Aku berjalan dengan tanpa genggaman tangan yang lain, sesekali menoleh ketika pohon-pohon mulai menyapa dalam desau yang berirama, sesekali aku menoleh ketika robot raksasa berisikan manusia melengkingkan deru juga sapaan teriaknya..dan, di seberang sana, diseberang yang lainnya, juga diseberang yang tak terlihat mata, aku melihat sesamaku tengah berjalan dengan kotak pandora didalam dekapan. Bagaimana tau mereka sesamaku? Karena hati berbicara lebih nyata ketimbang sekedar jabat tangan. Karena hati menyapa lebih dekat ketimbang tatapan yang kian lekat. Dan katakanlah juga masing-masing kita sanggup membaui aroma untuk darah yang sama. Dengan tanpa tanya, dengan hanya melihat kita sama-sama memeluk kotak pandora, anggap saja kita telah memulai pertemanan. Aku temanmu hari ini, aku saudaramu esok hari, dan nanti kita akan saling melindungi juga memberi. Jalanan yang berbeda, bahkan untuk sekedar bertatap nyata adalah sesuatu yang langka. Jalanan yang berbeda arah yang tak sama, namun ketika insting berbicara maka seberapapun jarak adalah kesulitan yang sia-sia..karena bukan aku yang memilih yang mana temanku, tapi hati yang menunjuk bahwa merekalah yang akan berjuang bersamaku. Dan ini jalan milikku, meski sebuah tanya masih membumbung tinggi diangkasa. Siapa sebenarnya aku?

Aku mengunjungi sebuah taman. Hening melingkupi sekitar beserta pendar lampu temaram yang dilahap gelapnya malam. Kulihat banyak sekali bayangan, siluet-siluet hitam yang jatuh tanpa pernah melayangkan protes kepada cahaya. Kutangkap melalui jaring retina, bayangan kaki bangku taman yang tegak lurus menabrak gerombolan acak siluet rerumputan. Kucerna dalam otak, bayangan diriku yang jatuh tepat empatpuluh satu derajat didepanku. Gambar ciptaanku, yang hanya sanggup tertangkap mata sisi dan volumenya, karena ia tak memperlihatkan ataukah aku tengah tertawa lebar atau menangis hebat. Bukankah bayangan hanya adalah sekedar pantulan? Sosok hampir sama yang dengan leluasa kau cipta akan mengarah kemana dan membentuk apa. Dan bayanganku jatuh tepat hampir persis menyamai sisi berdiriku, hanya saja disana tak terlacak antara gelak tawa atau tetes airmata kecuali jika sebuah guncangan badan menghancurkan bayangan diam. Lalu, siapakah aku?


Kembali pulang dalam sekapan bangunan, melalui cara yg hanya dipahami aku dan imajinasi..ku wawancarai seekor cicak yg tengah menempel diatas kayu, dan bukan tembok karena sang pemilik membenci segala unit yang kian menjauhkannya dari alam. Aku mulai mempertanyakan, tidakkah ia ingin mencicipi rasanya melata dijalanan Amerika? Atau menempel manis di gedung-gedung raksasa, menjadi saksi mati namun bernyawa akan banyaknya episode kehidupan, salah satunya desahan-desahan liar yang keluar dari beradunya mulut-mulut pecandu tofu. Dan ia hanya menggeleng tanpa kata. Kutanya lagi tidakkah ia merasa bosan juga pengap tersekap dalam ruang datar juga kotak yang sekilas samasekali tak ada sisi menariknya? Dan jawaban takjub kudapati setelahnya. "Aku ingin melangkah, menyeberangh lautan dan mencicipi ladang gandum diseberang sana. Namun dunia terlalu luas untuk kujelajahi dengan kaki..dan aku sadar aku adalah cicak, bukan dinosaurus atau pesawat zeppelin, dan aku menyukupkan diriku dengan apa yg hasrat tempatkan diriku untuk berlabuh. Bagimu ini adalah bangunan kayu, untukku ini adalah halaman luas pesawahan yg indah dan pemandangan mengagumkan. Dan kamu hanya perlu menjadi aku untuk bisa melihat semua itu. Melihat dengan mata juga sudut pandangku"

aku terdiam..lama..lama sekali, selama ini aku berputar..selama ini aku mencari sesuatu yg telah kumiliki. Senyumku, duniaku. Lalu siapakah aku? Itu tak penting lagi sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar