Jumat, 09 Mei 2014

Dadu Terakhir

Jika kisah cinta kita adalah sebuah buku. Maka halaman pertama adalah rangkaian kata pembuka yang tak memiliki makna. Dan halaman terakhir akan menjadi baris paling manis yang pernah ada. Lembar demi lembar akan terisi dengan banyaknya cacian yang terlontar dari mulut, karena memang hati tak sanggup untuk memaki. Spasi adalah rasa rindu yang menggenapi, sedangkan titik juga komanya tak lain adalah volume kebersamaan tak sering kita.

Jika kisah cinta kita adalah sebuah buku. Maka halaman pertama adalah penjelasan tentang bagaimana kita bertemu. Dan halaman terakhir adalah ucapan tentang rasa terimakasih karena waktu juga hidup yang telah terlewati dan tercipta bersama.

Dan kamu tak lain adalah sebuah mimpi yang pada akhirnya menjadi nyata. Dan kamu tak lain adalah sesuatu yang memang tercipta ada untuk menggenapi. Kita hadir untuk saling memberi.
Kita terikat untuk saling mengingat.

Bagaimana bisa aku merasakan kelengkapan hanya karena mengingat bahwa aku memilikimu? Seperti sebuah kotak yang tak lagi mengingat sisi juga luasnya. Dan hanya berpikir tentang keutuhan isinya.


Dan kamu tetap tidak pernah tau betapa istimewanya dirimu. Dan dunia tetap tidak pernah akan mengerti tentang berharganya hadirmu. Dan aku masih juga belum memahami tentang teka-teki mengejutkan dari Ilahi yang melingkupi.

Dan kamu tetap tidak pernah tau betapa istimewanya dirimu. Rasa hangat merasuk hingga sumsum terkecil. Dan aku tau itu namamu. Dadu terakhir dalam perjudian hidup tentang rasa percaya, tentang rasa cinta. Dadu terakhir yang kupertaruhkan beserta sekeping akal sehat demi ingin yang tak lagi mau menunggu.

Dan kamu..tetap tidak pernah tau tentang betapa istimewanya dirimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar