Sabtu, 03 Mei 2014

Catatan Kepada Petang

Disana adalah ruang dimana aku selalu ingin tinggal. Disana adalah rongga dimana aku merasa harus pulang. Dalam diam.

Logika menyuntikkan rasa. Dan masih belum juga kumiliki jawaban tentang apa dan mengapa aku ada. Sejernih tetes kecil pada daun pagi. Seharum tanah yang terlalu lama merindukan frasa hujan. Mengaum dalam nada yang semakin sumbang. Ia, rumah mungilku. Diamku.

Sekiranya alam tau bahwa aku mempertanyakan kelahiran. Dahaga hadir dalam ujud tanpa nama. Tentang apa dan mengapa aku ada. Tentang kenapa dan begitu banyak tanya lainnya.

Aku adalah diam. Aku adalah senyap. Kukemas segala kebisingan hidup dalam satu kotak kemasan. Menyekap semua gemerisik alam dalam diam. Bertanya dengan terus mempertanyakan ketiadaan jawaban. Lelahkah aku? Tidak.

Aku adalah galaksi. Dengan diam sebagai atmotsfir yang melingkupi. Menyedot segala partikel langit termasuk sampah-sampah dari kerak bumi. Yang kubutuhkan hanyalah ketenangan. Buram yang total. Hening yang tak terkira. Diamku. Duniaku.

Alam mempertanyakan kelahiran. Kenapa apa bagaimana dan kemana. Galaksi dan atmosfir hidup saling membelit. Untaian chakra menjulur dari langit-langit penuh awan pekat. "Kenapa" mulai terlahir mempertanyakan kedatangan pengusik muda. Yang kubutuhkan bukanlah bintang. Yang kucari bukanlah sinar mentari. Bumi berjabat tangan dengan banyak penghuni kehidupan. Merkurius yang pertama dan saturnus hadir dalam deretan setelah lima.

Kenapa bertanya, ketika diam adalah jawaban tanpa gugat. Kenapa berlari, ketika diam adalah jalan mutlak untuk kembali pulang.
Tentang kebisuanku. Tentang mereka yang terlumat masalalu. Tentang kalian yang tengah melambaikan tangan dikehidupan mendatang.

Alam berseri melihat adanya penampakan. Bumi berkaca tentang sadar mulai adanya lubang menganga. Alam sakit, manusia melaknatnya dalam banyak ujud dan tindakan. Dan galaksi. Dan partikel. Dan kehidupan hanya diam menyaksikan.

Tentang apa dan kenapa. Tentang aku dan kebisuanku. Tentang darah dan dunia milikku.


-catatan sandekala-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar