Senin, 18 Januari 2016

Memoar Bunga Sakura

Kuncup-kuncup bunga sakura tersenyum menebarkan wewangian diudara. Helai demi helai daunnya jatuh menyapa tanah yang selalu bereuforia bersama penduduknya merayakan kedatangan yang hidup didahan.
Kelopak-kelopak sakura jatuh berguguran tepat didepan mata, ikut membanjiri hati yang tengah takjub pada pesona cinta pertama. Helai demi helah dedaunannya jatuh ikut meramaikan perasaan berbunga ketika kulit tangan mulai merasakan sengatan-sengatan kecil akibat menemukan tautan.
.
.
.
Aku tidak lahir di negeri yang alamnya aktif memproduksi bunga sakura disetiap tahunnya. Tapi aku sanggup membaui aroma per helai kelopak cantiknya, hanya karena aku tengah jatuh cinta.
Aku bahkan tidak begitu paham bentuk dan warna pasti si bunga sakura, ataukah bulat bergerigi kasar, atau bermotif sama seperti bunga mawar. Namun aku berani meyakinkan diri, bahwa aku melihat banyak sakura berguguran menyapu hidung dan bulu mata hanya karena aku tengah duduk manis disamping si pemilik cinta pertama.
.
.
.
Aku mungkin terlalu banyak berhalusinasi. Tapi ketika kulit ariku dan kulit arinya besentuhan, aku merasa kuncup-kuncup sakura didalam hati mulai membetot keluar dari kurungan. Tapi ketika bola hitamku dan bola karamelnya mulai beririsan, aku merasakan kuncup-kuncup dihati yang tengah bersorak sorai merayakan kemenangan untuk kemudian bersiap mekar.
Cinta pertama memang tidak selalunya menghangatkan, tapi ia justru membakar. Sanggup membumi hanguskan segala medan negatif, yang ada hanyalah perasaan mekar. Seperti bunga sakura yang mulai beranjak dewasa
.
.
.
Seperti sanggup kuberlari mengelilingi tiap sudut bumi dan menanamkan pohon sakura disetiap pintu hati insan manusia. Seperti sanggup kusentuh empuknya awan dan kusirami datarannya dengan kelopak-kelopak sakura yang terus muncul berguguran dari udara hanya karena aku mulai terbayang senyuman mematikannya.
Tubuhku terasa ringan dan menjadi sangat ringan ketika aku mulai berkhayal. Tubuhku perlahan bermutasi bak helai-helai daun sakura yang merelakan diri gugur demi bisa menyentuh sakralnya tanah. Ringan yang menyenangkan.
.
.
.
Aku mungkin berhalusinasi, tapi seperti masih tetap bisa kuingat betapa lembutnya perpaduan dua bibir yang sebelumnya tak pernah saling mengenal apalagi bersalaman. Cinta dan ciuman pertama datang dengan begitu pasnya seperti paket yang tak bisa dipisahkan. Dan aku masih sanggup mengingat manis keduanya sejelas aku membaca buku ditanganku. Terkutuklah mereka yang saling menyakiti dengan beralaskan cinta. Nyatanya..untuk pertama kalinya mengenal cinta dan menjadi satu-satunya cinta yang pernah kukenal..ia memiliki pemahaman lain diotakku. Cinta itu manis, terlalu manis hingga terkadang aku takut terlalu sering menyapa kulit arinya justru akan menimbulkan diabetes. Cinta itu manis, terlalu manis hingga terkadang aku takut karena terlalu seringnya membelai lembut bibirnya justru akan menjadikanku si penderita komplikasi, antara diabetes dan kelainan jantung.
Aku tidak pernah datang ke negeri yang alamnya aktif memproduksi bunga sakura. Tapi kapanpun waktu aku tengah menggenggam tangannya. Kapanpun waktu aku tengah memamerkan calon milikku pada penduduk dunia. Kapanpun waktu aku tengah memadukan dua belahan dalam keempukan belitannya. Aku selalu melihat sakura-sakura disekelilingku. Terkadang bunga jatuh menyentuh hidung tepat ketika bibirnya selesai mencicipi dititik itu juga. Terkadang aroma bunga menabrak daun telinga ketika bibirnya mulai meniupi lingkaran siputnya, yang berakibat pada perasaan ringan seperti sanggup menerbangkan raga. Bunga-bunga sakura menjadi saksi. Bunga-bunga sakura menjadi objek ter-magis selama proses pendekatan dengan si cinta yang pertama kali hendak singgah. Bunga sakura terbang keluar dari matanya yang sesekali terpejam. Beribu bunga sakura tumbuh dan mekar didalam kepala ketika kulit ari tangan dan juga lembut perpotongan bibirnya mulai menyapa, menyentuh, hingga merengkuh. Aku merasa seperti sanggup menandingi alam milik si negeri sakura dalam memproduksi kelopak-kelopak cantiknya.
.
.
.
Sebelum mengenalnya, aku tidak pernah tahu jika ada jenis cinta dengan rasa semanis gula asli. Aku tidak pernah tahu, jika manusia sebenarnya diciptakan dalam format terkuatnya, sanggup berkali-kali sembuh dari kerikuhan si diabetes dan si kelainan jantung yang kerap muncul ketika mulai jatuh cinta.
.
Bunga-bunga sakura jatuh ditanah menyapa saudarinya, daun kering yang pada masanya tumbuh bersama kuncup dan kelopak si sakura. Bunga-bunga sakura jatuh ditanah berbaur bersama cacing, daun kering dan juga ranting membentuk humus-humus. Dan seperti halnya sakura, perpaduan antara waktu, cinta dan enzim lainnya, maka didalam cinta terciptalah satu spesies baru bernama rindu. Memupuk banyak rindu hanya akan mencekik. Memupuk banyak rindu hanya akan membangunkan memori tentang dua tangan yang bergandengan, membangunkan kenangan rasa tentang dua belahan empuk bibir yang saling bersilat mesra. Membangunkan pula kenangan jatuhnya kelopak si sakura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar