Sabtu, 09 Januari 2016

Setoples Manisan

Mentari bersinar malu-malu diperaduan ufuk timur. Tanah lembab bersemburat manis menaburkan aroma khasnya. Hawa yang sangat cocok
untuk kembali meraih selimut dan menggumuli sisa-sisa mimpi.
Selamat pagi dunia. Selamat pagi teman kecil disurga. Pagi adalah kabut manis yang kedatangannya selalu dinanti, seperti juga
kehadiranmu yang tak pernah alpa disebut dalam doa.
Cakrawala aksaraku, betapapun luasnya, aku tahu tidak akan sampai untuk bisa terbang mengepakkan asanya menembusi langit dan menyampaikan salam hangatku pagi ini. Tapi tak mengapa, seperti halnya
doa, cakrawala milikku memiliki jalan dan caranya sendiri untuk bisa mengetuk setiap hati, terlebih untukmu yang masih berpangkat putih dan suci.
Malam tadi aku melukiskan banyak tentang engkau wahai yang masih tertitipkan.
Tentang bagaimana aku akan menamaimu, tentang apa yang akan ku persembahkan bagimu, dan tentang cinta yang tengah aku dan kepingan pasku persiapkan demi membantumu berkembang dan menjadi manusia. Andai
engkau tahu, sengatan-sengatan kecil kebahagiaan memberondong inchi
demi inchi hati disetiap aku menyebut namamu. Lihat ? Sebelum engkau berujud nyata pun aku sudah direngkuh perasaan bahagia. Sanggupkah aku
ditelan perasaan yang membeludak ketika engkau nanti benaran sudah datang dipangkuan ?
.
.
.
-
.
.
.
Dear kepingan pas milikku, Tuhan akan mendengar doamu, cepat atau
lambat hanyalah soal kesabaranmu. Ia akan datang sayang, teman kecil
kita. Peri mungil yang sekarang masih bersembunyi di surga. Ia akan
datang dengan membawa segala kemisteriusan dan keajaibannya. Ia akan
bangun dan mendatangi kita tanpa dugaan sebelumnya.
Aku mulai meraba seperti apa ujudnya. Lengkung mata yang indah, semburat-semburat manis di lesung pipinya. Lihat sayang, ia benaran
racikan pas dari perpaduan kita.
.
.
.
-
.
.
.
Burung berkicau mesra menyambutku membuka jendela. Udara pagi
mengantri tertib memasuki paru-paru. Terasa sangat nikmat bahkan ketika sadar aku tak memiliki uang, udara pagi tetaplah makanan lezat
yang akan membuat dunia sempurna.
Apa yang harus dirisaukan ? Seperti juga pagi yang menyapa diujung hari, aku juga sempurna dalam penantian ini. Menyadari malaikat telah datang ada dan melindungiku. Menyadari peri kecil tengah tertidur
lelap di surga menanti waktu yang tepat untuk datang kepangkuan. Aku
tahu, keputusanku melepas masa lajang beberapa bulan lalu adalah tiket untuk melepaskan diri dari pengapnya dunia. Karena setelahnya, melalui ruang gelap sekalipun sanggup kulihat surga. Kebahagiaan ini, ingin kutuang semanis mungkin dalam secawan judul. Memolesi dinding cakrawala dengan sebanyak mungkin percikan kembang
api diujung kepala. Berharap siapapun yang berkunjung sanggup mendulang juga bahagia yang disuguhkan. Setoples manisan dalam ujud
ketikan. Menyapa, merangkul lidah-lidah bertuan untuk sanggup betah dalam masa perjamuan.
Selamat datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar