Kamis, 26 Januari 2012

It's about Rain

hujan..
dan aku masih berdiam disini dg tangan memegang erat mochi putihku yang sesekali terciprat layarnya oleh serbuan air dari langit,

aku benci hujan..aku sangat benci hujan,
tapi detik ini aku justru ingn merasakan hujan menerpaku.
aku ingin bersahabat dg sesuatu yang kubenci, aku ingin berakrab-akrab ria dg sesuatu yg membuatku merasakan sakit.
dan detik ini, seekor laba-laba tengah tergantung didepan mataku, mencoba menarik dirinya naik keatas dg jaring yg ia tarik dan membawa dirinya turun,
sangat kecil, dan terombang-ambing seakan menghindari terpaan air yg mungkin untuknya yg begitu kecil it akan terasa seperti menghadapi badai.

kau harus bersabar menaiki jaringmu laba-laba kecil, aku bisa saja membantumu untuk berteduh sebentar tapi ketika aku menyentuhmu dan membawamu ketanganku itu pasti akan merusak jaringmu bukan.?
aku hanya akan melihatmu naik, semoga saja hujan yg bertambah lebat tidak membuatmu jatuh ketanah.

aku berhenti memperhatikan usaha makhluk itu dan mencoba melihat sekeliling,
tidak ada siapapun.
jelas saja! siapa yg mau keluar rumah disaat hujan lebat seperti ini ditambah posisiku berada dibelakang rumah, menambah poin untukku memastikan bahwa tidak apa-apa jika aku mulai menangis sekarang. tak kan ada yg melihat.

dan kau, kau terjatuh makhluk kecilku? aku tidak melihatmu berada di awang-awang sekarang, dan benar saja meski samar aku masih bisa melihat bekas jaringmu yg terkoyak,
ah kau jatuh juga,
benarkah air tadi yg membuatmu tak bisa terbangun merangkak naik ?

hujan reda hei, tapi kau malah kalah.

3bocah kecil menghampiriku, dg pakaian basah dan rambut kuyup,
ah..mereka..ketika dulu aku sebesar mereka akan ada seseorang yang membentakku dg sangat kerasnya hanya karena tetap saja bermain disaat hujan turun.
kalian tersenyum penuh arti kearahku, takut aku memarahimu eung..?
tenang saja, detik ini setan sedang tidak bersarang ditubuhku,
aku tau dan masih membekas seperti apa itu rasanya dibentak dg sangat keras.
aku tidak akan melakukannya sekarang nak,
karena aku juga tau..aku melihat jalanmu terpincang tadi,...

kau tertusuk sesuatu saat main tadi?
kau tetap tidak akan mengatakannya kalau aku tidak bertanya kakimu kenapa?
aku tersenyum, dasar bocah, jangan takut aku memarahimu,
melihatmu meringis tertawa menahan darah yg perlahan menetes saja cukup membuatku menghela nafas,
beruntung kedua temanmu tak lagi ada, jika mereka melihatmu seperti itu, kupastikan mereka akan melapor pada umma.mu,
dan kau, bersiaplah mendapat umpatan yg lebih hebat dari umma.mu.
kemarilah, aku mungkin punyai sebungkus plester disaku.. setidaknya itu bisa menutup lukamu.

bau tanah bekas hujan mengantarku kembali kekamar,
harusnya tadi aku pergi ke warnet dan bersenang-senang disana, tapi hujan mengacaukan jadwalku.

aku bahkan tidak pernah tau apa saja yg kulakukan didalam ruang bersekat itu,
hanya saja setiap aku keluar dari ruangan itu aku merasa mendapat energi baru,
2jam yg berharga, 2jam yg selalu mengingatkan bahwa aku gadis normal.
seperti kali...an, hanya 2jam.. 22jam berikutnya aku menjadi aku kembali yg kalian bahkan aku sendiri tidak pernah tau seperti apa sebenarnya.

aku ingat, siang tadi sebelum aku menikmati hujan itu., aku telah selesai membereskan isi lemari,
banyak buku usang disana,
buku penuh saksi kepolosanku..
saat-saat dimana aku tertawa dan hampir menangis karena seorang guru menangis terharu dihari ulang tahunnya, bagaimana tidak,
dia mendapat setangkai bunga dan sekotak hadiah berbungkus pink dari murid2nya yg baru,
bukankah itu lucu?
dia seharusnya mendapat itu dari pacarnya mungkin, bukan terharu karna itu dari bocah2 yg berusia separuh darinya.

apakah tindakan kami saat itu sangat menyentuhnya?
atau dia tidak menyangka bahwa telah mendapat tempat dihati para muridnya meski dia orang baru?
 satu yang pasti, dia memperkenalkan diri dengan kelembutan, sesuatu yg tidak dimengerti semua orang dewasa tentang bocah-bocah polos.

aku..masih teringat saat yg menurutku itu sebuah kesalahan terbesar,
 aku baru saja melihat sesuatu yg membuatku tak bisa berhenti menggetarkan badan menahan sesuatu..biasanya selalu seperti itu.
 dan aku mengajak seseorang, satu-satunya orang yg mungkin bisa mendengarku dan memberi senyum,
 aku beralasan akan mengajaknya pergi berselancar internet, tentu saja itu hanya alasanku..perjalanan menuju tujuan bersamanyalah yg kunanti dan kuharap bisa meringankan sesaknya nafasku yg tercekat sesuatu,
 tapi mungkin dia lupa sesuatu, bahwa aku tidak akan mengatakan langsung pada siapapun bahwa itu A.
aku memang tidak bisa, aku selalu buruk melakukannya,
aku hanya selalu menunjukkan pada siapapun bahwa sebelum B itu ada A.!

dan dia menolak menemaniku,
dengan alasan dia sedang menunggu telepon dari orang yg berstatus kekasihnya.

oh..yasudah.
hanya itu aku menjawabnya, aku harus bagaimana? kau akan selalu seperti itu ketika sedang jatuh cinta bukan? sedikit men...jadi tidak peduli dg sekitarmu. aku tidak akan memaksanya.
 aku mungkin tidak pernah merasakan itu, dan anehnya aku tetap saja tidak pernah peduli dg sekitarku..itu poin negatifku.

dan malam itu aku hanya bisa meneteskan airmata seorang diri diruang bersekat bernama warnet.
 aku saat itu mungkin mengabarkan pada dunia sebuah tawa yang sangat mudah ditulis, "HAHAHA" dan tidak ada yg tau detik itu juga aku sedang kehilangan makna dari kata berintonasi ceria itu.
 tidak ada yg bisa kukeluarkan dari mulut, hanya kata-kata yg mungkin bisa mewakilinya, tapi tetap saja rasanya berbeda.

dan 2jam berharga itu, malam itu berubah menjadi 2jam pembias nyawaku.

kau pasti merasakannya.
merasakan bagaimana tidak bisa mengeluarkan sesuatu yg jelas2 telah berada diujung lidah,

kau tidak bisa merasakannya?
kemarilah, kuajari kau seperti apa itu merasakannya.

... itu mungkin dulu, tapi dulu itu membuatku sedikit kehilangan makna sekarang,
 aku tidak butuh dua kali untuk membuatku berkata trauma,
sekali saja dan itu akan berarti selamanya.

Tuhan, kau kenapa ciptakan aku perasaan yg tak bisa disentuh sedikitpun?
taukah itu membuatku terasingkan?
 semua akan menjadi takut dan segan mereka akan memecahkanku.
 aku semakin belajar menjadi lebih bisa berjabat tangan dg sesuatu yg kasar,
tapi tetap saja endingnya selalu aku tidak bisa menerima dg jari utuh..

aku..jangan dekat-dekat denganku ketika kau tidak bisa menjauhi sesuatu yg mungkin akan membuatku retak dan berujung menyakitkanmu.

kesepian ini akan terlengkapi,
tapi kapan Tuhan waktu itu?

-end-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar